Eksistensialisme Apatis

Cara terbaik untuk menjungkalkan khayalan akan moralitas keseharian dan empati yang sekedar dibayangkan adalah dengan cara memeluk eksistensialisme yang secara abai akan apa pun yang memang sedang tak ingin di pikirkan atau dilakukan. 


Menjadi egois secara sadar sebagai kebutuhan nyata saat ini dan yang paling dekat dengan filsafat ke-diri-an yang palung mudah dikenali. 

Filsafat yang mengacu pada kebutuhan psikologisme diri yang begitu individual dan tak ingin peduli dengan segala bentuk moralitas apa pun jika memang sedang tak ingin. 

Dalam dunia yang mana, orang-orang dengan mudahnya mengucapkan empati palsu, kemanusiaan palsu, tangisan palsu, keyakinan palsu, dan moralitas palsu. Maka cara terbaik adalah mengabaikan semua itu dan memfokuskan segala yang dibutuhkan dan diinginkan pada diri sendiri. Berani mengambil langkah nyata untuk berkata tidak pada delusi kebaikan bersama dan hal-hal yang banyak dibicarakan tapi nyaris tak di lakukan sama sekali. 

Dalam situasi semacam ini, eksistensialisme apatis yang sadar diri akan membawa pada sikap skeptisisme akan hubungan manusia jauh lebih tinggi. Dalam sikap abai yang sadar dan bertanggung jawab. Seseorang menolak sikap empati dan dengungan moral yang disuarakan oleh para pembohong yang tak tahu diri. 

Sikap semacam ini akan membuat kebohongan berbagai macam nilai keseharian terbongkar satu persatu. Dengan menjadi abai khayalan akan idealisme dan segala macam nilai universal yang dianggap baik akan kian terpampang secara jelas kebobroknya. 

Nafas empati dan kemanusiaan akan menjadi begitu mudah dikenali sebagai bagian dari spesies yang sekarat.

Komentar

Postingan Populer