Batas Manusiawi

Batas manusiawi. Seperti itulah aku menyebutnya.

Batasan seorang manusia untuk berbelas kasihan, menolong, memberi perhatian, atau membantu mengurangi penderitaan orang lainnya. Dan dalam artian terluasnya, sampai sejauh mana seseorang mau berempati, menanggung beban untuk menemani, dan tetap menjaga hubungan tatkala batas kesanggupan telah terlampaui.

Aku bertemu orang-orang. Memahami batasan diriku sendiri. memikirkan dunia sehari-hari. Dan merenungkan konsepsi kemanusiaan dan apa itu manusia. Akhirnya, setelah membaca, menulis berbagai macam tulisan kecil, aku mencapai suatu titik batas mengenai apa yang aku sebut sebagai manusiawi.

Istilah manusiawi adalah anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang beradab, memiliki logika, perasaan, yang memiliki belas kasihan, rasa sayang, memahami sakit dan penderitaan orang lain, dan mampu memberikan pertolongan dan rasa aman bagi yang lainnya. Aku akan memakai penjelasan ini sebagai titik tolak tulisan singkat ini. Dan mencoba tak membahas manusia secara keseluruhan yang memiliki kekejaman sekaligus kasih sayangnya. 

Penyempitan ini untuk mempermudah aku membicarakan sampai sejauh mana sisi manusia yang positif, sampai sejauh mana manusia masih bisa menjadi baik dan pengertian terhadap lainnya?

Perenungan semacam ini, akan membawa kita pada sejarah perang, kekejaman, keindikatoran, penjajahan, penghisapan terhadap yang lainnya, serbagai macam konflik, hingga pengabaian-pengabaian yang membuat orang lain sangat sengsara.

Aku telah menyaksikan naik turunnya pertemanan. Hubungan sosial. Dan rusaknya berbagai macam jenis ikatan-ikatan. Dari diriku sendiri, pengalaman ku selama ini, aku sudah cukup yakin bahwa batasan-batasan seseorang dalam menolong, mempertahankan hubungan, dan bertenggang rasa, sangatlah tipis dan mudah hancur.

Batas yang manusiawi, sangatlah rendah dan tipis. Karena sangatlah rendah dan rapuhnya batas itu, pada akhirnya, menjadi hal yang biasa dan tak perlu diperdebatkan lagi di muka umum. Orang-orang sudah tahu akan hal ini, menutupinya, mencoba menghindarinya, tak mau membahas atau menyinggungnya.

Seseorang bisa melapor ke polisi atau memenjarakan seseorang hanya karena tak sepakat dalam perdebatan dunia maya, orang bisa dengan sangat cepatnya memutuskan hubungan hanya karena tak menyukai komentar atau status seseorang di situs sosial. Dan pertemanan bisa berakhir hanya karena mengkritik hal yang semestinya boleh dikritik. Kita hidup di dalam dunia dimana jiwa-jiwa tertutup sangat merajalela. Pikiran terbuka, sikap dewasa, dan bijaksana sangatlah minim dan langka.

Bahkan, kita bisa langsung membenci seseorang dengan mudahnya, hanya karena tak sesuai dengan apa yang kita sukai. Hal seperti inilah yang pada akhirnya menghilangkan rasa empati seseorang.  Alasan sepele dan kadang tak perlu logika dan penjelasan yang baik.

Aku telah melihat kejatuhan nilai kemanusiaan atau yang manusiawi pada diri setiap manusia. Pada diriku sendiri. dan berjalan dalam gamang. Dan sering kali aku bertanya-tanya. Untuk apa kita (manusia) masih berdebat tentang kemanusiaan jika dalam dunia keseharian kita saja, masih tak sanggup melakukannya?.

Komentar

Postingan Populer